Selamat datang di Blog PENDIDIK
semoga saat berkunjung mendapatkan sesuatu yang berguna

Jumat, 26 Februari 2010

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA ( Keterbelakangan Mental )

Tentang Tunagrahita
Tuhan itu sangat ajaib, Dia menciptakan manusia dengan mental (kecerdasan) yang berbeda satu dengan yang lain. Kecerdasan yang dimiliki manusia sangatlah berarti bagi setiap kehidupannya. Dengan adanya kecerdasan (mental) ini, manusia dapat memikirkan hal-hal yang dapat membuat dirinya lebih nyaman atau lebih baik, tetapi ada juga, dengan adanya kecerdasan ini manusia semakin sengsara. Selain menciptakan manusia dengan mental yang rata-rata bahkan melebihi rata-rata, terny
ata Tuhan juga menciptakan manusia yang memiliki mental (kecerdasan) dibawah rata-rata.
Sekarang kita akan membahasa tentang Anak berkebutuhan yang menjurus pada tunagrahita (keterbelakangan mental). Tunagrahita berasal dari kata Tuna dan Grahita, Tuna yang berarti merugi dan Grahita berarti pikiran. Jadi arti dari tunagrahita adalah pikiran yang merugi atau keterbelakangan mental.

Istilah lain untuk Tunagrahita

 Terbelakang mental (Mentally
Retarded)
 Mampu Didik (Educable)
 Lemah fikiran ( feeble-minded)
 Mampu Latih (Trainable)
 Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
 Mental Subnormal
 Defisit Mental
 Defisit Kognitif
 Cacat Mental
 Defisiensi Mental

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata (Somantri,2006:103). Keterbelakangan mental adalah suatu ketidakmampuan yang ditandai oleh keterbatasan yang mencolok baik dalam perilaku intelektual seperti yang ditunjukkan dalam kemampuan membuat kosep, bersosialisasi, dan beradaptasi dengan praktis. Ketidakmampuan ini muncul sebelum anak mencapai usia 18 tahun ( Luckasson et al., 2002, p. 8). Keterbelakangan mental adalah (mental retaration) adalah keadaan keterbatasan mental yang ditandai oleh IQ yang rendah, biasanya di bawah skor 70 pada tes intelegensi tradisional dan adanya kesulitan menyesuaikan diri pada kehidupan sehari-hari ( Santrock. 2003, p 159).
Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut:
 Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.
 Kekurangan dalam perilaku adaptif.
 Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Seseorang dikatakan tunagrahita jika mereka memiliki IQ dibawah rata-rata. Sering terjadi kesalahan antara penyebutan kelainan Tunagrahita sebagai sebuah penyakit. Penggolongan anak yang mempunyai kelaianan Tunagrahita :
1. Tunagrahita ringan (Mild Retardation)
2. Tunagrahita sedang (Moderate retardation)
3. Tunagrahita berat (severe retardation)
4. Tunagrahita sangat berat (profound retardation)
Coba kita bayangkan jika kita memiliki anak yang keterbelakangan mental, apakah kita masih mau menerimanya? Mungkin banyak dari keluarga yang memiliki anak Tunagrahita merasa kecewa akan hal ini. Coba kita lihat, sebenarnya apa yang menyebabkan kelainan tunagrahita ini. Penyebab tunagrahita ini dibagi dalam tiga kurun waktu, yaitu :
1. Prenatal adalah penyebab tunagrahita semasa Ibu sedang mengandung. Misal : Chromosomal disorders, Metabolic disorder, Maternal illnesses, Parental age, Poverty, Lack of access to prenatal care, Parental drug use, Parental immaturity, Lack of preparation for parenthood dll.
2. Perinatal adalah penyebab tunagrahita sewaktu ibu melahirkan. Missal : Prematurity, Lack of access to birth care, Parental rejection of caretaking, Lack of medical referral intervention service at discharge, Birth injury, Parental of abandonment of child, Neonatal disorder dll.
3. Postnatal adalah penyebab tunagrahita setelah Ibu melahirkan. Missal : Traumatic brain injury, Impaired child-adult relationship, Child abuse and neglect, Impaired parenting, Malnutrition, Lack of adequate stimulation, Domestic violence, Meningoen-cephalitis, Family poverty, Inadequate safety measures, Seizure disorder, Chronic illness in the family, Degenerative disorder, Difficult child behavior dll.
Setelah mengetahui beberapa informasi tentang tunagrahita, kita akan mengobservasi anak yang diduga memiliki kebutuhan khusus tentang kelainan tungrahita.
Latar belakang keluarga, budaya dan setting tempat tinggal
Ada seorang anak yang diduga memiliki keterbelakangan mental sebut saja Indah berumur kira-kirda 11 tahun, sembilan saudara dan Indah adalah anak ke-8. Dia mengalami kelainan mental retardation bukan sejak dia lahir, sewaktu berumur 2 tahun dia harus msauk ke rumah sakit karena penyakit paru-paru dan menurut orang tuanya indah pernah jatuh dan dokter memberitahu bahwa saraf dari indah telah rusak.
Dia berasal dari keluarga yang sederhana, ayahnya hanya seorang buruh bangunan sedangkan ibunya hanya mengurus rumah tangga dan beberapa kontrakan, karena masalah dengan biaya pengobatan, indah keluar dari rumah sakit dan kemudian melakukan rawat jalan.
Biaya menjadi masalah bagi keluarga ini sehingga akhirnya indah tidak mendapatkan perawatan akan sakitnya tersebut, bahkan yang seharusnya Indah dapat bersekolah menjadi tidak dapat bersekolah. Sejak tiga tahun terakhir ini ayah Indah mengalami stroek sehingga tidak dapat menjalankan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga untuk memberi nafkah keluarganya. Biaya yang rencananya akan digunakan untuk perwatan Indah dialoksikan untuk pengobatan ayahnya.
Sekarang keluarga ini hanya mengandalkan pemasukan dari kontrakan dan anak-anaknya yang sudah dewasa. Keluarga ini berusaha meminta bantuan dari pemerintah, dan akhirnya mereka mendapatkanya, tetapi biaya pengobatan tidak ditanggung semua oleh pemerintah hanya sebagian kecil. Masalah keuangan ini yang menyebabkan Indah dan ayahnya tidak mendapat pengobatan lagi.
Keluarga Indah hidup dalam lingkungan orang sunda taraf hidup mereka menengah kebawah. Kebanyakan mereka hanya sebagai pegawai pabrik, berjualan dipasar atau sebagai ojek. Orang-orang di sekitar lingkungan ini sudah mulai memperhatikan akan pendidikan anaknya, karena saat diadakannya pembelajaran atau les gratis bagi anak-anak oleh Dutasia ( bimbingan belajar ) mereka antusias untuk mengijinkan anaknya mengikutinya.
Lingkungan sekitar ramah satu akan yang lain, adanya toleransi, saling membantu dan saling memperhatikan (kesaksian dari ibu Indah), tetapi karena keterbelakangan mental (kelainan) dari Indah, tetangga sering menganggap remeh akan indah, dia sering menjadi bahan ejekan oleh tetangga dan teman-temannya. Walaupun tetangga dan teman-teman Indah selalu mengejek, tetapi ibunya selalu merawat anaknya ini dengan kasih sayang seorang ibu.
Keluarga Indah tinggal di tempat yang penduduknya padat, di depan atau belakang rumah sudah ada rumah tetangganya, tidak ada tanah yang kosong. Tata letak dari perumahan itu juga tidak beraturan.
Kebutuhan khusus
Sampai saat ini Indah tidak bersekolah, dia hanya mengikuti belajar bersama (bimbingan belajar) yang diadakan oleh Dutasia. Masalah ekonomi sangatlah penting, jika ekonomi kita kurang baik kita sendiri juga akan kurang sejahtra. Inilah yang menyebabkan Indah tidak dapat bersekolah seperti anak-anak yang lain. Sampai umur 11 tahunpun indah tidak dapat melakukan apa-apa. Sebenarnya orang tuanya ingin memasukkan Indah ke Sekolah Luar Biasa (SLB), tapi karena biaya yang tidak sedikit inilah Indah tidak dapat bersekolah.
Menurut tahap perkembangan kognitif dari Piaget anak umur antara 7-11 tahun sudah dapat bernalar secara logis tentang kejadian yang konkrit, sedangkan Indah belum dapat berfikir secara logis, bahkan berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnyapun kesulitan. Menurut tahapan Ericson tentang identitas pribadi, anak seumuran ini diharapkan menemukan jati dirinya, siapa mereka, mereka sebetulnya apa, kemana mereka akan menuju dan yang tepenting adalah apa perannya dalam keluarga. Sedangkan jika kita melihat Indah, untuk menemukan jati dirinya sangatlah sulit, karena untuk lepas dari orang tuanya saja tidak mampu, bagaimana akan menemukan jati dirinya.
Remaja seumuran Indah, seharusnya memiliki kemampuan untuk berteman dengan teman-teman sebayanya, dapat bercanda dan bermain, tetapi karena keterbelakan mental ini Indah tidak dapat merasakan kebahagian masa-masa remaja. Seharusnya dia dapat bermain dan belajar bersama, tetapi Indah menjadi bahan ejekan antar temannya. Indah tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
Indah juga tidak dapat meresponi dengan baik saat kita berbicara dengan dia, dia hanya bisa meresponi dengan kata-kata embung (bahasa sunda) yang berarti tidak. Ini salah satu yang menyulitkan saat mengajari Indah.
Sejarah keberadaan di bimbingan belajar Dutasia
Perekonomi sebuah keluarga sangatlah harus diperhatikan, kerena pengaturan ekonomi yang baik di keluarga akan menentukan masa depan bagi anak-anaknya. Bukan berarti perekonomian keluarga paling penting. Mengapa Indah tidak bersekolah dikarenakan keuangan keluarga yang tidak memungkinkan indah untuk bersekolah di SLB. Sebenarnya menurut cerita, keluarga Indah dahulu mempunyai tanah yang cukup luas, tetapi seiring jalanya waktu, tanah itu dijual sehingga habis. Bimbingan belajar dutasia (di pos Es th 12) ini dimulai sekitar bulan maret 2008. Bimbel ini beranggotakan anak-anak disekitar kampung ini.
Pertama kali Indah datang ketempat Bimbel tidak disengaja, dia mengikuti adiknya pergi Bimbel. Sewaktu dia datang ke tempa Bimbel, anak-anak selalu mengejek Indah. Hampir setiap hari Indah mengikuti Bimbel, walaupun hanya diam karena tidak dapat berintraksi dengan baik. Dia mau datang mungkin dikarenakan banyak anak-anak di situ sehingga dia tertarik. Pernah ibunya melarang Indah untuk datang bimbel, mungkin ibunya berfikiran Indah akan mengganggu kegiatan belajar. Akhinya lama-kelamaan Indah menjadi anggota bimbel Dutasia. Dengan nasehat dari tutor-tutor, akhirnya intensitas temen-temen indah untuk mengejek berkurang.
Memang sulit untuk menghadapi anak ini, karena sulit menerima perintah atau sulit memahami apa yang diajarkan. Tetapi para tutor dengan sabar mengajari Indah.
IEP
Sejak kecil Indah tidak mengenyam bangku sekolah, sehingga sangat sulit untuk mengajari dia baca, tulis dan hitung untuk anak seusia dia. Kesulitan yang dihadapai siswa adalah tidak dapat berkomunikasi dengan baik terhadap teman, tetangga dan guru (tutor). Sehingga Indah sulit untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh orang-orang disekitarnya.
Indah selalu menutup matanya dengan tangan saat diajak bicara atau belajar dengan tutornya, ini menyebabkan indah tidak dapat mengerti apa yang disampaikan oleh tutornya. Selain itu indah juga selalu menolak untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh tutornya, dia selalu mengatakan embung (sunda) yang artinya tidak mau.
Indah selalu menjadi bahan ejekan oleh teman-teman sebayanya karena keterbelakangan mental tersebut. Teman sebayanya sulit untuk menghilangkan kebiasaan mengejek intan. Terkadang orang tuanya melarang Intan untuk pergi bimbel, karena orang tuanya tidak mau anakya diejek.
Setelah para tutor sering mengingatkan teman-teman Intan untuk menghargai orang, ejekan yang dilontarkan oleh mereka semakin berkurang, walaupun masih ada beberapa anak yang mengejek Indah. Perlu kerjasama antara tutor dan teman-teman intan untuk membantu intan dalam belajar.
Sebaiknya untuk beberapa saat, indah diajar secara pribadi, agar tidak menggangu teman-teman yang lain ataupun dirinya sendiri. Tutor yang menangani indah sebaiknya tidak terlalu banyak, mengapa demikian? Supaya terjalin hubungan antara tutor dan Indah, dengan adanya hubungan yang baik, pembelajaran akan lebih efektif.
Orang tua juga sangat berperan terhadap perkembangan Indah, Indah harus mendapatkan perhatian orang tua yang lebih, sehingga indah dapat selalu diawasi. Orang tua sebaiknya sering mengajari Indah untuk melakukan segala sesuatu sendiri, mulai dari hal yang kecil, seperti mengkancingkan baju Indah. Ini bertujuan agar Indah tidak bergantung terus dengan orang tuanya.
Pandangan kekristenan
Segala sesuatu yang diciptakan Allah tidak ada yang buruk atau gagal, karena segala sesuatu yang diciptakan Allah sungguh amat baik adanya (Kejadian 1: 31), bahkan orang yang diciptakan Allah dengan keterbelakangan mental adalah spesial bagi Allah, dari kelainannya itu dapat memuliakan Allah. Kita wajib menghargai setiap manusia, karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (kejadian 1: 26), jika kita tidak menghargai orang yang memiliki keterbelakangan mental, sama saja kita juga tidak menghargai Allah.
Sebagai seorang guru, kita tidak boleh memandang murid sebagai obyek, kita membantu siswa untuk belajar bagaimana mendapat manfaat dari kemampuan mereka. Guru adalah fasilitator bagi murid-muridnya, perannya adalah memfasilitasi murid dalam proses belajar mengajar. Saat kita menghadapi murid yang memiliki keterbelakangan mental, usaha kita adalah bagaimana memfasilitasi mereka agar dapat belajar dengan baik.
Pekerjaan seorang guru adalah panggilan, jika itu bukan panggilan, maka akan tersingkir dengan sendirinya. Jika tidak tersingkir maka orang tersebut akan bekerja biasa saja, tidak memaksimalkan apa yang ada di dalam diri mereka. Untuk menghadapi anak yang memiliki kebutuhan khusus, kita perlu panggilan dari Allah. Hidup tanpa menjalankan panggilan itu seperti seorang dalam medan pertempuran yang tidak ikut berperang.



Kesimpulan
Dalam kehidupan ini tidak pernah terlepas kata berfikir, berfikir adalah pelengkap kehidupan yang berarti, karena setiap orang pasti akan berfikir. Allah menciptakan pikiran kepada kita supaya kita dapat memuliakan Allah. Tetapi dengan pikiran kita juga, kita dapat membuat Allah sedih.
Ternyata Allah tidak hanya menciptakan manusia dengan pikiran yang cemerlang semua, tetapi ada beberapa orang yang memiliki keterbelakangan mental. Orang yang memiliki kelainan keterbelakangan mental sulit berfikir seperti kita. Sebagai seorang guru, bagaimana kita dapat menerima orang-orang yang memiliki kelainan mental seperti orang biasa, kemudian kita dapat menjadi berkat bagi orang atau anak didik kita yang memiliki keterbelakangan mental dengan cara memperhatikan mereka dan membimbing supaya dapat belajar dan terutama mengenal Juruselamat yaitu Yesus Kristus.






















Daftar Pustaka
Brummelen, H. V. (2006). Berjalan dengan Tuhan di dalam kelas. Tangerang: Universitas Pelita Harapan Press
Efendi, Mohamad.(2006). Pengantar Psikologi Anak Berkebutuhan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga
Zaenal. (2008). Gara-gara Anak Tunagrahita. Diambil tanggal 13 Desember 2008. Dari: http://sosok.wordpress.com/2007/02/26/gara-gara-anak-tunagrahita/

2 komentar:

  1. blognya bagus.. :)

    BalasHapus
  2. Tulisan yang bagus, semoga dapat menginspirasi mereka yang dipercayakan merawat anak-anak istimewa ini.

    BalasHapus


Masukkan Code ini K1-77AE45-2
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com